Perseroan didirikan pada tanggal 18 Maret 1982 dengan nama PT Dharma Pertiwi Nusantara. Pada tanggal 3 Desember 1985, nama Perseroan diubah menjadi PT Duta Pertiwi Nusantara.
Perseroan bergerak dalam industri formalin dan lem/glue. Hasil produksi tersebut digunakan untuk keperluan industri perkayuan, khususnya industri kayu lapis. Perseroan mulai memproduksi secara komersial pada awal tahun 1987.
Pabrik berdiri semula di atas tanah seluas 27.480 m2. Pada tahun 1997 Perseroan membeli tanah di samping pabrik seluas 20.317 m2 sehingga total luas tanah di pabrik menjadi 47.797 m2.
Pada awalnya Perseroan hanya membangun satu Formalin Plant yang menggunakan katalis Molibdenum atau disebut juga Oxide plant, berkapasitas 28.000 ton/tahun untuk formalin, 40.000 ton/tahun glue. Seiring dengan permintaan yang semakin meningkat, Perseroan menambah satu Formalin Plant baru pada bulan Mei 1989 yang menggunakan katalis perak (silver), disebut juga Silver plant dengan kapasitas produksi 22.000 ton/tahun untuk formalin dan 35.000 ton/tahun untuk glue. Dengan dua Formalin plant terpasang, Perseroan mempunyai kapasitas untuk memproduksi 50.000 ton/tahun formalin dan 75.000 ton/tahun untuk berbagai jenis glue.
Teknologi Oxide plant berasal dari Reichhold Chemicals Inc., Amerika Serikat, sedangkan Silver Plant dari Taiwan. Glue Plant didatangkan dari perusahaan ternama Priha Oy di Finlandia yang merger dengan Neste Corporation menjadi Neste Resins Oy. Untuk mencapai efisiensi dan menghasilkan glue berkualitas, beberapa komponen mesin dan peralatan diimpor dari Spanyol, Jerman, Kanada dan Amerika Serikat. Para ahli khusus didatangkan dari Amerika Serikat untuk membimbing produksi formalin sedangkan ahli dari Finlandia dan Taiwan memberikan know-how memproduksi glue.
Sampai pada tahun 2002 dengan semakin menurunnya permintaan glue karena kasus illegal logging yang mengakibatkan banyak perusahaan kayu yang tutup maka Perseroan menghentikan penggunaan Oxide Plant sebab menjalankan Silver Plant sudah cukup untuk memenuhi kuantitas permintaan konsumen dan biaya operasionalnya juga jauh lebih rendah dibandingkan penggunaan Oxide Plant.
Pada tahun 2006 Peseroan mengadopsi teknologi baru berupa Waste Gas Burner (WGB) yang dapat memanfaatkan Gas Buang dari proses produksi Formalin yang sebelumnya dibuang ke udara menjadi bahan bakar untuk menghasilkan Steam guna keperluan produksi Glue. Jadi penggunaan Waste Gas Burner selain dapat menghemat bahan bakar juga membebaskan lingkungan dari polusi udara.
Dengan semakin berkembangnya pasar plywood terutama pangsa pasar luar negeri yang menuntut produk low emission, maka dituntut glue dengan kualitas yang lebih baik dengan emisi formalin yang lebih rendah. Melalui pengalaman dan penelitian yang berkesinambungan oleh tenaga yang terampil dari Perseroan, akhirnya Perseroan berhasil mengembangkan glue yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan pasar.